Blank

Pria muda itu terduduk di bangku taman yg masih basah setelah disapa hujan di senja yang sepi. Ada rongga yg cukup besar didadanya. Dan matanya hitam penuh begitu dalam seperti sumur tua di perkampungan-perkampungan yang tlah lama ditinggal. Hanya duduk dalam diam tak bergeming disudut senja taman

kota yang basah.

Rindu pada hujan yang bermain bersama senja di danaumu yg hitam. Semua menjadi riuh di heningnya senja. Tetesan air berlomba meninggalkan langit ingin memeluk danaumu berlari, melompat dan menari. Wajah danaumu yg tenang dan sendu berubah menjadi begitu ceria. Aku hanya sanggup menatapnya sebatas mata. Karena sebagian badanku tenggelam di dalam peluk danaumu yg hangat. Hujan, senja, dan danaumu selalu mampu meyihirku. Kau lukis mataku lewat tarian kuasmu, kau bilang mataku adalah kanvas terbaikmu. Kau campurkan setetes darahmu dalam berbagai warna tinta. "Agar ada warna kehidupan disana" itu katamu. Karena telah lama mata itu redup dan hampa, hampir tak kutemukan energi disana. Setelah melukis mataku...

Tarian mantra hitam. Tubuhmu membacakan mantra meloncat bersatu dgn udara menelusup lewat penciumanku mengisi rongga dada dan mengalir di otak.

Seketika aku terdiam kaku lalu kau mainkan nada lirihmu sentuhanmu melepaskan semua ikatan dlm tubuh kau masukkan gelap dalam matamu ke

dalam jiwaku kini sepenuhnya aku milikmu

Mantra itu belum lengkap lalu... Jemarimu menjadi mantra berikut kau tarik aku lebih dalam dalam pusaran gerikmu aku bergerak seiring irama dlm detakmu. Gelapku semakin liar terselubungi gaun nafasmu aromanya membuat gelapku pudar oleh desah hitam kau peluk aku dalam tarianmu kau jadikan aku syarat tarian hitammuAku terdiam kembali membeku dan kau berlari dengan kuda hitammu menerobos gelapnya pagi sebelum terang memergokimu kini kuteruskan mencicipi hitam yang tersisa di lorong-lorong tarianmu di ujung gelap, lengkap sudah mantra itu. Senja menjebaknya di serambi malam menahanyaa pergi dengan suguhan segelas pilihan yg rasanya pahit dan aromanya menjauhkan kebebasan. Sang tamu membisu karena sang empunya rumah hilang di gelap malam. Ah bila engkau memilih pergi kenapa tidak kau titipkan pesan, kenapa kau pilih tempat dimana aku tidak bisa menemanimu.

Sengajakah kau menjebakku dalam segelas pilihan, haruskah aju pergi dari rumahmu, atau menunggumu pulang? Dlm gelap kan ku susun rencana mencuri setiap goresan dari kanvas itu, kan kurekatkan menjadi mozaik tentangmu. Dan pada mentari kan kuculik tuk bri sinarnya padamu hingga dapat kunikmati indah warna-warnamu di saat teduhku.

Kulempar mimpi pada sungai krikil yg hitam gelap biar kupetik riak nyatamu pada sinar rembulan aku yang tahu berapa jumlah luka di kaki yang ditinggal kerikil-kerikil jalan, aku yg tahu seberapa berat menelan ludah di siang yang terik, aku yg tahu betapa bergetarnya tubuh ketika lapar merajam, hanya aq yang tahu dan menulisnya dengan baik dicatatan ingatan akan tubuhku. Aku yg tahu pahit-petirnya hidup yg kulalui. Dan suatu saat kau akan tahu dan semua akan kuceritakan padamu dengan sebuah senyum mengenang ayah

Entah kenapa di sela embun pagi aku mulai tidak bisa membaca isyarat mimik wajahmu, di tengah derai hujan aku kehilangan irama dlm tarimu, dan nada lagumu tidak lagi kutemukan dlm ketukan nadiku berpikir ulang jangan pernah berusaha menahan lajunya waktu.

Rindu pada udara dinginmu yg membalut tubuhku, rindu pada nyanyian pinusmu yg menjaga tidurku, rindu pada bening airmu yang membasuh stiap lukaku. Rindu pada angin yg mengiring bunyi serulingmu. Rinduku pd tanah kelahiran. Kau yang mengembara bersama angin berlari berkejaran dengan butiran hujan.

Tak kan kau berhenti oleh gurauan para dewa, takkan kau terluka oleh sabetan pedang para maut. kau yang berdiri diatas kakimu takkan goyah oleh gelombang pandangan sinis. Karena kau yang terlahir dari petir kegetiran, tumbuh dalam pengharapan terakhir. Kaulah titisan darah dari badai yang berlalu.Kebaikan harus diperoleh, keburukan itu mengikuti. Bila kita membuka diri pada keburukan maka ia akan selalu mengejar dan mengintai. Ia bagaikan bangkai yg terbungkus kain sutra, kenikmatan yg ia tawarkn akan membuat diri semakin buruk.

Kebaikan harus dikejar, tapi satu kebaikan yg berhasil kita kejar akan menguatkan kita untuk mengejar kebaikan yang lain. Dan buah buah kebaikan seperti wangi mawar ditengah ladang bangkai. aku rindu pada jiwa sederhanamu yg selalu memberi dari keterbatasanmu, pada tegar tatapmu menghalau setiap galau, pada lugumu menghadapi garangnya hidup tanpa keluh.. namun kini kedewasaan perlahan merenggutnya darimu. semoga ada waktu kita nikmati lagi hidup tanpa batas-batas...

2 Responses to "Blank"

Unknown mengatakan...

Nyimak aja,,,,,,,

kunbal ditunggu
MHS Blogger

Unknown mengatakan...

You should see how my partner Wesley Virgin's story launches with this SHOCKING and controversial video.

Wesley was in the military-and shortly after leaving-he revealed hidden, "MIND CONTROL" tactics that the government and others used to get anything they want.

These are the EXACT same methods lots of celebrities (notably those who "became famous out of nowhere") and the greatest business people used to become rich and successful.

You probably know how you use less than 10% of your brain.

Really, that's because the majority of your brain's power is UNCONSCIOUS.

Maybe that thought has even taken place IN YOUR own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head seven years back, while riding an unregistered, beat-up trash bucket of a vehicle with a suspended driver's license and in his bank account.

"I'm so frustrated with going through life paycheck to paycheck! Why can't I turn myself successful?"

You've taken part in those types of questions, ain't it so?

Your own success story is going to happen. You just need to take a leap of faith in YOURSELF.

UNLOCK YOUR SECRET BRAINPOWER

wdcfawqafwef